Empirisme adalah suatu cara atau metode
dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan melalui pengalaman.
John locke (1632-1704), bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu
manusia dilahirkan, akalnya seperti catatan kosong (tabula rasa), dan di dalam
buku catatan itulah kemudian dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Empirisme
menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat
diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis
terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu.
Kalau kaum rasionalis berpendapat bahwa
manusia sejak lahir telah dikaruniai idea oleh Tuhan yang dinamakan idea innate
atau idea terang benderang atau idea bawaan, maka kaum empirisme berpendapat
berlawanan. Mereka mengatakan bahwa waktu lahir jiwa manusia itu putih bersih
(tabula rasa), tidak ada bekal dari siapapun yang merupakan idea innate
tersebut.
Lawan
rasionalisme adalah empirisme. Jadi, bukanlah budi yang menjadi sumber dan
pangkal pengetahuan, melainkan indra atau pengalamanlah yang menjadi pangkal
pengetahuan. Aliran ini memandang bahwa filsafat itu tidak ada gunanya bagi
kehidupan, sedangkan yang berguna adalah ilmu yang di peroleh melalui indra
(pengalaman), karena memang hanya pengetahuan inilah yang pasti benar. Jadi,
jelaslah bahwa aliran ini tidak mau berfilsafat. Tetapi ada juga yang
berfilsafat serta mengadakan sistem, seperti Francis Bacon (1210-1292), Thomas
Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), dan David Hume (1711-1776).
Dengan
demikian, strategi utama untuk memperoleh ilmu dilakukan dengan menerapakan
metode ilmiah. Para ilmuwan berkebangsaan inggris seperti John Locke, George
Berkeley, dan David Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme. Menurut Locke
seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta
memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang
pertama-tama dan sederhana tersebut. Ia memandang akal sebagai tempat
penampungan secara pasif, menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini
berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai
kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama, yang dapat diibaratkan
sebagai atom-atom yang menyusun obyek-obyek material.
Menurut
August Comte, sejarah proses berfikir manusia melalui tiga tahapan, yaitu tahap
teologi, tahap metafisik, dan tahap fisika. Pada tahap fisika inilah manusia
mulai meragukan hal-hal yang bersifat teologis dan metafisik. Dengan kata lain,
manusia lebih meyakini bahwa kebenaran ilmu pengetahuan adalah yang memiliki
kesucian dengan panca indra.
Sumbangan utama
dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan
metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi empirisme adalah
fundamen yang mengawali mata rantai
evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu
pengetahuan sosial itu berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme
menempati tempat yang terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial.
Acapkali empirisme dipararelkan dengan tradisi positivisme. Akan tetapi
keduanya mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.
Thomas Hobbes (1588-1679)
Hobbes menolak
tradisi skolastik dalam filsafat dan berusaha menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada pikirannya tentang
manusia dan kehidupan mental. Hal ini mendorongnya untuk menerima,
materialisme, mekanisme, dan determinisme. Karya utamanya dalam filsafat adalah
Leviathan (1651), mengekspresikan pandangannya
tentang hubungan antara alam, manusia, dan masyarakat. Hobbes melukiskan
manusia-manusia ketika mereka hidup di dalam keadaan yang ia namakan state of
nature (keadaan alamiah) yang merupakan kondisi manusia sebelum dicetuskannya
suatu negara atau masyarakat beradab. Kehidupan pada masa alamiah adalah buas
dan singkat, oleh karena manusia menginginkan kelangsungan hidup dan
perdamaian, ia mengalihkan kemauannya kepada kemauan negara dalam suatu kontrak
sosial yang membenarkan kekuasaan tertinggi yang mutlak.
Sebagaimana
umumnya penganut empirisme, Hobbes beranggapan bahwa pengalaman merupakan
permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain daripada semacam
perhitungan, yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama dengan cara
berlain-lainan. Tentang dunia dan manusia, ia dapat dikatakan sebagai penganut
materialistis. Karena itu ajaran Hobbes merupakan sistem materialistis yang
pertama dan dalam sejarah modern. Berbeda dengan Francis Bacon yang meletakkan
eksperimen-eksperimen sebagai metode penelitian, Hobbes memandangnya sebagai
doktrin.
Hobbes juga
tidak menyetujui pandangan Descrates tentang jiwa sebagai substansi rohani.
Menurut Hobbes, seluruh dunia, termasuk juga manusia, merupakan suatu proses
yang berlangsung dengan tiada henti-hentinya atas dasar hukum-hukum mekanisme
saja. Adapun bagian ajaran Hobbes yang termasyur adalah pendapatnya tentang
filsafat politik. Ia mengingkari bahwa manusia menurut kodratnya adalah makhluk
sosial. Satu-satunya kecondongan kodrati manusia ialah mempertahankan adanya. Hal
tersebut mengakibatkan suatu egoisme radikal : homo homonis lupus (manusia
adalah manusia bagi manusia). Tapi dalam keadaan demikian manusia justru tidak
mampu mempertahankan adanya. Itulah sebabnya manusia mengadakan perjanjian,
yaitu bahwa mereka akan takluk pada suatu kewibawaan. Dengan demikian, negara
pun timbul. Tetapi setelah negara itu timbul, perjanjian itu tidak lagi bisa
dicabut.
John Locke (1632-1704)
Locke
termasuk orang yang mengagumi Descrates, tetapi ia tidak menyetujui ajarannya.
Bagi locke, mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai “lembaran kertas putih” (as a white
paper) dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Bagi Locke, pengalaman ada
dua: pengalaman lahiriah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflextion).
Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan ide-ide tunggal (simple ideas). Roh
manusia bersifat sama sekali pasif dalam
menerima ide-ide tersebut. Namun demikian, roh mempunyai aktivitas juga, karena dengan menggunakan
ide-ide tunggal sebagai batu bangunan, roh manusiawi dapat membentuk ide
majemuk (complex ideas), misalnya idea substans. Locke juga mengatakan bahwa
dalam dunia luar memang ada substansi-substansi, tetapi kita hanya mengenal
ciri-cirinya saja.
Pandangan
Locke mengenai lembaran putih manusia mirip sekali dengan teori fitrah dalam
filsafat islam yang didasarkan atas pernyataan Alqur’an, surat ke-30 al-Rum
ayat ke-30. Fitrah adalah bawaan manusia sejak lahir yang di dalamnya
terkandung tiga potensi dengan fungsinya masing-masing. Pertama, potensi aql
yang berfungsi untuk mengenal Tuhan, mengesakan Tuhan, dan mencintai-Nya.
Kedua, potensi syahwat yang berfungsi
untuk menginduksi obyek-obyek yang menyenangkan. Ketiga , potensi gadlab yang
berfungsi untuk menghidari segala yang membahayakan. Ketika manusia dilahirkan,
ketiga potensi ini telah dimiliki.
George Berkeley (1665-1753)
Sebagai
penganut empirisme, Berkeley mencanangkan teori yang dinamakan immaterialisme
atas dasar prinsip-prinsip empirisme. Jika Locke masih menerima
substansi-substansi di luar kita, maka Berkeley berpendapat bahwa sama sekali
tidak ada substansi-substansi material, yang ada hanyalah pengalaman dalam roh
saja. Esse estpercipi (being is being perceived), yang artinya bahwa dunia
material sama saja dengan ide-ide yang saya alami. Menurut pemikiran Berkeley,
ide-ide membuat saya melihat suatu dunia material. Dan bagaimana saya sendiri?
Berkeley mengakui bahwa aku merupakan suatu substansi rohani. Ia juga mengakui
adanya Allah, sebab Allahlah yang merupakan asal-usul ide-ide yang saya lihat.
Jika kita mengatakan bahwa Allah menciptakan dunia, yang kita maksud adalah
bukan berarti ada suatu dunia di luar kita, melainkan bahwa Allah memberi
petunjuk atau mempertunjukkan ide-ide kepada kita.
David Hume (1711-1776)
Menurut
para penulis sejarah filsafat, empirisme berpuncak pada David Hume ini, sebab ia menggunakan
prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal. Terutama pengertian
substansi an kausalitas (hubungan sebab akibat) menjadi objek kritiknya. Ia
tidak menerima substansi, sebab yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang
beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama (misalnya: putih, licin, berat,
dan sebagainya). Tetapi atas dasar pengalaman tidak dapat disimpulkan bahwa di
belakang ciri-ciri itu masih ada suatu substansi tetap (misalnya: sehelai
kertas yang mempunyai ciri-ciri tadi). Sebagai seorang empirist, Hume nampak
lebih konsekuen daripada Berkeley.
pengertian empirisme
Reviewed by Penjualhewan.com
on
16:09
Rating:
No comments: