PENGARUH PENDIDIKAN BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA LONGSOR DI RT 2 DSN BRAU DS GUNUNGSARI KOTA BATU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan
demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera
menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup rawan dengan bencana. Rawan
bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak
buruk bahaya tertentu.
Secara klimatologis, Indonesia terletak pada daerah
tropis yang membuat Indonesia terbagi menjadi dua musim, yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Musim kemarau memiliki potensi bencana antara lain kebakaran
hutan dan kekeringan, sedangkan pada musim hujan potensi bencana yang bisa
terjadi antara lain tanah longsor, banjir, dan angin puting beliung yang
terjadi pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan (pancaroba).
Kawasan
Kota Batu yang merupakan daerah yang memiliki potensi bencana tanah longsor,
banjir, dan angin puting beliung yang sangat besar pada musim hujan. Hal ini
dapat disimpulkan karena secara umum Kota Batu memiliki kondisi/ciri-ciri yang
sama dengan kawasan/daerah yang memiliki potensi besar terjadi bencana
sebagaimana tersebut diatas terutama pada RT 2 dusun brau desa gunungsari
kecamatan bumiaji secara Astronomi terletak antara:
122˚29’45.68’’Bujur Timur dan 7˚50’50.66’’ yang memiliki potensi longsor yang sangat tinggi
dilihat dari aspek relief daerah tersebut dan histori yang dialami desa
tersebut
Bencana longsor yang
seringkali terjadi
tidak hanya menyebabkan kerusakan fasilitas umum
saja tetapi seringkali diikuti dengan adanya korban jiwa. Tragisnya warga yang
tewas ini seringkali disebabkan karena ketidakpahaman mereka ketika menghadapi
sebuah bencana.Sangat tragis ketika mendengar ada korban tanah longsor yang tewas karena kena timbunan tanah, karena rumah yang dibangunnya di daerah lereng
perbukitan yang disitu memang rawan untuk bencana longsor atau sering terdengar keluhan dari Tim SAR kalau
warga tidak mau diungsikan sebelum benar-benar didaerah tersebut terkena
longsor. Sehingga
di tengah malam buta, Tim SAR kesulitan mengungsikan mereka,ketika benar-benar
terjadi longsor Ketidakpahaman masyarakat saat berhadapan dengan
situasi bencana apakah bisa sepenuhnya kesalahan mereka.Pemerintah juga harus bertanggung jawab, sebab mereka
tidak pernah memberikan pendidikan terhadap warganya saat menghadapi bencana.
Pemerintah yang memahami posisinya sebagai negara yang rawan bencana,
semestinya mengambil peran aktif mendidik masyarakat. Jika langkah itu tidak
dilakukan maka masyarakat hanya bisa menyikapi bencana dengan insting saja. Mendidik masyarakat sangatlah penting.
Pengetahuan akan membuat membuat masyarakat mengetahui langkah-langkah yang
akan mereka ambil saat menghadapi suatu bencana alam.Akan lebih baik jika
pendidikan menyikapi bencana dilakukan sejak anak-anak dengan cara
mengajarkannya di sekolah-sekolah. Tentu saja karakterisik pendidikannya
disesuaikan dengan karakteristik potensi bencana di daerah
masing-masing.Mungkin bangsa ini bisa belajar dari Jepang. Negara ini mengajarkan
menyikapi bencana gempa dan tsunami sejak mereka masih anak-anak. Bahkan mereka
melakukan simulasi secara langsung dengan melibatkan orang tua
masing-masing.Hasilnya, saat Jepang mengalami gempa besar dan tsunami pada
2011, anak-anak di Jepang mampu menyelamatkan diri masing-masing. Bahkan mereka
lebih punya pemahaman yang lebih baik, dibanding orang dewasa yang hanya
mengikuti instruksi darurat saat bencana.Wacana pendidikan bencana bagi
masyarakat memang sudah banyak disuarakan. Tapi tetap saja tidak ada
realisasinya. Tentu ini menjadi pertanyaan, sampai kapan pemerintah akan tetap
membiarkan korban tewas akibat bencana kembali berjatuhan. Sudah waktunya pemerintah melakukan eksekusi,
bukan sekedar berteori.
Melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pendidikan Bencana Terhadap Kesiapsiagaan bencana longsor di RT 2 Dsn Brau Ds
Gunungsari Kec Bumiaji” diharapkan dapat memberikan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam mengambil langkah antisipasi dan kesiapsiagaan
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang tepat, terarah, dan terpadu
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha upaya
mencegah bencana dan/atau meminimalkan dampak bencana yang berpotensi terjadi
di dusun tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana
masyarakat di RT dusun brau desa gunungsari kec bumiaji dalam menyikapi bencana
longsor?
2. Bagaimana
penerapan pendidikan bencana di masyarakat RT 2 dusun brau desa gunungsari kec
bumiaji dalam melakukan antisipasi dan kesiapsiagaan dalam upaya mencegah bencana/meminimalkan
dampak bencana longsor?
1.3
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah dapat ditentukan
tujuan dari penelitian, sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui masyarakat di RT dusun brau desa gunungsari kec bumiaji dalam
menyikapi bencana longsor.
2. Untuk
mengetahui sejauh mana masyarakat di RT dusun brau desa gunungsari kec bumiaji melakukan antisipasi dan
kesiapsiagaan dalam upaya mencegah
bencana/meminimalkan dampak bencana longsor
1.4
Hipotesis
Penelitian ini mengetahui seberapa besar kesipsiagaan masyarakat di RT dusun brau desa gunungsari kec bumiaji sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam mengambil langkah antisipasi dan kesiapsiagaan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang tepat, terarah, dan terpadu antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha untuk upaya mencegah bencana dan/atau meminimalkan dampak bencana longsor yang berpotensi terjadi di dusun tersebut.
1.5
Definisi Operasional
1. Bencana
Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
2. Bencana
Alam
Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanahlongsor.”(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 );
dan tanahlongsor.”(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 );
3. Kesiapsiagaan
bencana
Kesiapsiagaan adalah “Kesiapsiagaan
adalah serangkaian yang dilakukan untukmengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yangtepat guna
dan berdaya guna.” (Peraturan Kepala Badan
NasionalPenanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang PedomanPenyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana). Dalam penelitian ini yangdimaksut
dengan kesiapsiagaan adalah serangkaian
yang dilakukan untuk mengatasi bencana longsor.
4. Pendidikan
bencana
Adalah
pendidikan yang menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan
pengurangan risiko bencana/untuk meminimalisir bencana.
1.6
Ruang Lingkup
Penelitian
ini dilakukan di RT 2 dusun brau desa gunungsari kec bumiaji. Objek yang diteliti berupa objek potensi
bencana longsor dan masyarakat di daerah tersebut..
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pendidikan Bencana
Kegiatan pengurangan risiko bencana sebagaimana
dimandatkan oleh Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
harus terintegrasi ke dalam
program pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Ditegaskan pula
dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan
menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.
Karena
setiap orang harus mengambil peran dalam kegiatan pengurangan risiko bencana
maka sekolah dan pemerintah juga harus
memulai mengenalkan materi-materi tentang kebencanaan sebagai bagian dari
aktifitas pendidikan di masyrakat .
Usaha
meningkatkan kesadaran adanya kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, di
dunia pendidikan harus dilaksakanakan baik pada taraf penentu kebijakan maupun
pelaksana pendidikan di pusat dan daerah. Dengan harapan pada seluruh tingkatan
memiliki pemahaman yang sama akan perlunya pendidikan kesiapsiagaan bencana
tersebut.
Tujuan Pendidikan Bencana
Tujuan Pendidikan Bencana antara
lain:
1.
Memberikan bekal pengetahuan kepada Masyarakat tentang adanya risiko
bencana yang ada di lingkungannya, berbagai macam jenis bencana, dan cara-cara
mengantisipasi/mengurangi risiko yang ditimbulkannya.
2.
Memberikan keterampilan agar masyarakat mampu berperan aktif dalam
pengurangan risiko bencana baik pada diri sendiri dan lingkungannya
3.
Memberikan bekal sikap mental yang positif tentang potensi bencana dan
risiko yang mungkin ditimbulkan.
4.
Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang bencana di Indonesia kepada
masyarakat sejak dini.
5.
Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bencana, dampak bencana,
penyelamatan diri bila terjadi bencana.
6.
Memberikan keterampilan kepada masyarakat dalam menyusun perencanaan,
melaksanakan dan melakukan pendidikan bencana kepada siswa.
7. Memberikan
wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan
dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tentang
bencana.
Pendidikan bencana dapat dilaksanakan melalui
berbagai jenis pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan
bencana secara formal dapat dilaksanakan secara terintegrasi ke dalam muatan kurikuler
yang telah ada, atau menjadi mata pelajaran sendiri yaitu muatan lokal.
Penyelenggaraan pendidikan disesuaikan dengan dengan karakteristik dan
kebutuhan sekolah maupun daerah.Pelaksanaannya dapat bermitra dengan berbagai
unit atau para pihak terkait sehingga tujuan dari pendidikan ini dapat tercapai
secara optimal dalam rangka menyiapkan generasi muda yang tangguh, cerdas
secara akademi dan emosi, serta berperan aktif pada masyarakat lokal dan
global.
2.2 Kesiapsiagaan Bencana Longsor
Daerah
pegunungan /perbukitan memang daerah yang bebas banjir. Hampir tidak
mungkin bila daerah pegunungan /perbukitan terjadi banjir. Di
RT 2 Dusun Brau Desa Gunungsari kec bumiaji juga termasuk daerah tersebut, bagaimana jadinya
dataran rendah apabila daerah dataran tinggi tergenang air. Maka
dari itu, untuk urusan banjir daerah pegunungan bisa dikatakan dalam zona aman.
Namun, bukan berarti daerah tersebut terbebas dari bencana.
Masih
ada satu bencana yang mengintai daerah pegunungan/perbukitan. Yaitu, bencana tanah longsor.
Bencana tersebut sama bahayanya dengan banjir. Bencana tanah longsor pun sama rumitnya dan
membutuhkan proses seperti cara menanggulangi banjir.
Tanah longsor adalah bencana yang bisa mengancam daerah pegunungan kapan saja.
Umumnya,
bencana tanah longsor terjadi di daerah pegunungan gundul atau daerah yang
minim pohon. Di daerah tersebut, air hujan tidak dapat meresap dengan baik. Air
hujan yang jatuh tidak bisa meresap ke dalam akar pohon karena pohonnya sudah
tidak ada lagi.
Akibatnya,
bila volume air hujan banyak, tanah-tanah gundul yang tidak ditanami pohon akan
ikut hanyut terbawa air. Tanah tersebut menjadi lumpur yang semakin lama
volumenya semakin naik hingga akhirnya meruntuhkan semua tanah yang ada di
daerah gundul tersebut.
Bencana
tanah longsor tidak serta-merta terjadi begitu saja. Biasanya, tanah yang
gundul akan terkikis perlahan-lahan. Bila ini terus terjadi, tanah akan kehilangan
keseimbangan. Bisa dibayangkan apa yang berikutnya bakal terjadi bila hujan
turun dengan volume dan kecepatan tinggi. Tentunya, tanah akan mudah terbawa
arus air.
Longsor
juga berakibat bencana yang berkibat pada rumah penduduk akan
tertimbun bila rumah berada di daerah dekat Lereng . Korban jiwa, baik
manusia maupun hewan ternak akan muncul karena tanah longsor
karena masyarakat kebanyakan bertempat tinggal di lereng dan Jutaan hektar
sawah dan ladang siap panen pun tertimbun longsoran tanah.Hal
ini bisa
diprediksi kerugian materil dan moril yang akan diderita akibat tanah longsor.
Peran
masyarakat dalam menangulangi bencana sangatlah besar dan mengetahui tindakan
yang harus dilakukan untuk meminimalisir bencana longsor tersebut. Cara menanggulangi
tanah longsor di daerah pegunungan adalah dengan tidak menebangi hutan pohon
sembarangan. Bahkan, memberikan sanksi tegas bagi pihak-pihak yang ingin
mengambil keuntungan pribadi dengan menebang pohon.
Inilah
yang terakhir cara menanggulangi tanah longsor, yaitu menggunakan sistem sawah
bernama sengkedan atau terasering. Di
wilayah dusun brau hampir 80% daerah perbukitan dan lereng terasering tapi
daerah yang mendekati rumah penduduk juga di khawatirkan mengalami bencana
longsor karena bertempat tinggal dilereng Bencana tanah longsor
sama bahayanya dengan bencana banjir. Itu sebabnya dibutuhkan tindakan
preventif untuk menanggulangi tanah longsor demi kepentingan bersama.Pemerintah sudah saatnya
melarang warga untuk tinggal atau membangun rumah di bawah tebing atau tepi
sungai yang rawan emosi, pasalnya bisa menimbulkan korban jiwa
dan dampak yang lain.
Jenis-jenis
tanah longsor:
· Tanah longsor translasi
Tanah longsor ini kerap
terjadi dikarenakan adanya pergerakan massa tanah dan bebatuan yang terdapat di
bidang gelincir berbentuk rata.
· Tanah longsor rotasi
Tanah longsor ini kerap
terjadi dikarenakan adanya pergerakan massa tanah dan bebatuan yang terdapat di
bidang gelincir berbentuk cekung
· Tanah longsor blok batu
Tanah longsor ini kerap
terjadi lantaran berpindahnya batuan yang berbergerak di bidang gelincir
berbentuk rata.
· Tanah Longsor Runtuhan
Batu
Tanah longsor ini
ternasuk jenis yang parah. Umumnya terjadi di bukit terjal dekat daerah
pantai. Proses terjadinya longsoran jenis runtuhan batu ini ketika sejumlah
besar batuan bergerak ke bawah melalui cara jatuh bebas. Ketika tanah longsor
ini terjadi, maka kondisi yang berada di bawah akan sangat sangat parah.
Pasalnya, batu-batu besar yang jatuh ke bawah
· Tanah longsor rayapan
tanah
Jika tanah longsor runtuhan
batu begitu menyeramkan, maka tanah longsor rayapan tanah tidak terdeteksi.
Hanya saja, masyarakat bakal mengetahuinya ketika pepohonan, atap rumah, tiang
listrik dan lain-lain banyak terdapat tanah-tanah halus atau sedikit kasar.
Proses terjadinya tanah
longsor rayapan tanah terjadi secara perlahan-lahan dari atas ke bawah. Tak
begitu menakutkan, tapi terjadi tanah longsor. Jenis tanah yang turun halus
atau bahkan sedikit kasar
· Tanah Longsor Bahan
Rombakan
Tanah longsor ini
terjadi dengan bantuan air hujan deras hingga membuat bebatuan yang besar
‘menggelonding’ bebas ke bawah. Tanah longsor bahan rombakan lebih parah dari
tanah longsor runtuhan batu. Tanah longsor ini yang kerap memakan banyak korban
jiwa.
Posisi umum terjadinya
tanah longsor ini berada di daerah lembah dan kecepatan jatuhnya bebatuan
tergantung pada sisi kemiringan lereng, volume air, tekanan air, plus jenis
material.
Pengetahuan
masyarakat terhadap kerentanan bencana
Pengetahuan
masyarakat terhadap kerentanan bencana adalah keadaan atau sifat/perilaku
manusia atau masyarakat yang menyebabkan kemampuan atau ketidak mampuan
menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan ini dapat berupa:
1)
Kerentanan
Fisik
Secara
fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan menghadapi
bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat yang berada
di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman
banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya.
2)
Kerentanan
Ekonomi
Kemampuan
ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat kerentanan
terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau
kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan
finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana.
3)
Kerentanan
Sosial
Kondisi
sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya.
Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana
akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian
pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan
menghadapi bahaya.
4) Kerentanan Lingkungan
Lingkungan
hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat yang tinggal
di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya kekeringan.
Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau
pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan
pedoman bagi seseorang peneliti dalam
melaksanakan penelitian agar data dikumpulkan secara efektif dan efisien serta
dapat diolah, dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (In’am 2010).
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif , yaitu pengumpulan data
berdasarkan pengajian bahan pustaka yang ada di lapangan. Kegiatan ini berupa pengamatan atau survey
yang ada di lapangan serta pengkajian dari bahan pustaka, proses inventarisasi
objek wisata, dan aksesibilitas jalan sekunder. Analisis berupa peta dari
kawasan ini. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui sejauh mana
masyarakat di RT dusun brau desa gunungsari kec bumiaji melakukan antisipasi dan
kesiapsiagaan dalam upaya mencegah
bencana/meminimalkan dampak bencana longsor dengan menggunakan
dua macam data yaitu data primer dan
sekunder yang diperoleh dari pengamatan langsung (observasi) dan dokumentasi.
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari BPBD Kota
Batu, RT/RW,. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang kondisi
geografis, jumlah penduduk, data curah hujan, peta dan potensi bencana longsor.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. purposive sampling
adalah pengambilan sampel berdasarkan pada maksud dan tujuan penelitian, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengetahuan masyarakat terhadap
kesiapsiagaan bencana longsor yang ada di kawasan ini. Populasi dalam
penelitian ini adalah RT 2 yang berada di Dusun Brau Desa Gunungsari Kecamatan
Bumiaji
1.1
Teknik dan Pengumpulan Data
1.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini meliputi dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data-data yang telah ada di instansi terkait
dengan tema penelitian penelitian.
Data
primer meliputi:
a.
Survei Sample
Data
sekunder meliputi:
a.
Data sebaran potensi longsor.
b.
Data Histori longsor
c.
Peta tematik Dusun Brau
2.
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data diperoleh dari penelitian ini adalah:
Metode pengumpulan data diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Observasi
Melalui
pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang diteliti dimana
peneliti melakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap lokasi objek potensi
bencana longsor yang ada di Dusun Brau dengan menggunakan seluruh alat indra.
Pengamatan yang dilakukan peneliti berupa persebaran lokasi Potensi bencana
longsor, kondisi masyarakat dan budaya .
b. Dokumentasi
Peneliti
mengumpulkan data dengan cara dokumentasi melalui pengumpulan arsip-arsip pada
instansi terkait yaitu mengambil data dari BPBD Kota Batu, yang berupa data
sekunder meliputi data lokasi Dusun Brau, Potensi Bencana Longsor, data sarana
prasarana Dusun Brau, dan peta dasar Dusun Brau .
c. Pengukuran
Penelitian
melakukan pengukuran secara langsung pada objek wisata yang akan diukur dengan
alat GPS (Global Positioning System) dan hasil pengukuran yang didapatkan
berupa titik koordinat persebaran lokasi Potensi Bencana dan prasarananya di Dusun
Brau, untuk mengetahui tingkat bencana
longsor.
1.2
Prosedur Survei
Penelitian
ini dilakukan secara bertahap, tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut
1.
Tahap persiapan
a.
Studi Pustaka yang berkaitan dengan
topic penelitian maupun daerah penelitian
b.
Mengumpulkan informasi awal mengenai
sebaran objek wisata, jarigan jalan, data-data lain yang terkait dengan penelitian.
c.
Menyusun rencana kerja lapangan
meliputi: jadwal kerja, rencana lintasan pengamatan
d.
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
dalam kerja lapangan, yaitu GPS, kamera, peta Rupa Bumi Indonesia Digital
wilayah Kota Batu Khusunya dusun Brau, dan data-data lain yang menunjang untuk
penelitian.
2.
Tahap kerja lapangan
a.
Pengumpulan data sekunder
b.
Pengamatan data primer
c.
Penentuan koordinat dengan GPS
b.
Tahap pasca kerja lapangan
c.
Analisa
potensi Bencana Longsor
d.
Pemroesan data
e.
Penyajian, yaitu penulisan naskah
3. Tahap
pasca kerja lapangan
a.
Analisa
potensai Bencana Longsor
b.
Pemroesan data
c.
Penyajian, yaitu penulisan naskah
1.3
Alat dan Bahan
1.
Alat Penelitian
a.
Alat kerja lapangan
Dalam penelitian ini
alat kerja yang digunakan di lapangan yaitu GPS (Global Positioning System).
GPS adalah peralatan yang digunakan untuk menentukan suatu titik di muka bumi
dengan memanfaatkan satelit. Alat ini digunakan untuk menentuakn suatu titik di
muka bumi dengan memanfaatkan satelit. Alat ini digunakan untuk mengetahui
letak koordinat objek penelitian
b.
Perangkat Keras (hardware)
Perangkat keras adalah
istilah yang menunjukkan perangkat computer beserta kelengkapannya yang dapat
dipegang secara fisik.
1)
Komputer dan kelengkapannya
Terdiri dari Control
Processioning Unit (CPU), monitor, keyboard, dan mouse. Digunakan untuk
melakukan pengolahan digital
2)
Scanner
Scaner adalah alat
untuk menscan peta pada waktu akan melakukan digitasi peta
3)
Printer
Printer adalah alat
untuk mencetak gambar atau peta ataupun tulisan dalam ukuran kecil sampai
dengan ukuran kertas A3.
c.
Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak adalah perangkat dalam bentuk
program computer yang member perintah pada computer untuk melaksanakan suatu
fungsi tertentu. Perangkat lunak yang digunakan dalam pengolahan data adalah
autochad.
2.
Bahan Penelitian
a.
Peta RBI digital Kota Batu skala
1:300.000 tahun 2010. Peta RBI digital
digunakan untuk mngetahui kondisi umum Kota Batu.
b.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis
ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang
pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana longsor di RT 2 dusun
Brau desa Gunungsari kecamatan bumiaji kota Batu.
c.
Prosedur Penelitian
Objek di dusun brau di kota
batu mempunyai potensi bencana longsor, oleh karena itu perlu untuk mengetahui
kriteria potensi bencana di masing-masing titik bencana longsor. Untuk
mengetahui peta potensi bencana longsor dan kesiapan masyarakat di dusun brau.
PENGARUH PENDIDIKAN BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA LONGSOR DI RT 2 DSN BRAU DS GUNUNGSARI KOTA BATU
Reviewed by Penjualhewan.com
on
19:15
Rating:
No comments: