PERMASALAHAN KEMACETAN
DI KOTA YOGYAKARTA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Transportasi
sebagai urat nadi kehidupan sangat dituntut dalam peranannya dalam roda
pembangunan negara. Pada dasarnya fungsi dari sistem transportasi beserta
sarana dan fasilitasnya adalah sebagai elemen yang menghubungkan titik-titik yang terpisah di
dalam ruang dengan berbagai mekanisme yang terdapat di dalamnya.
Yogyakarta
merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami pertumbuhan pesat.
Kota ini terkenal sebagai kota pelajar dan budaya karena mempunyai banyak
institusi pendidikan dan merupakan tempat dimana salah satu universitas negeri
terbesar, tertua dan terkenal di Indonesia berada. Sehingga tidak mengherankan
apabila kota ini menjadi tujuan utama para pelajar dari berbagai kota bahkan
dari berbagai pulau di Indonesia yang ingin melanjutkan studi.
Pertumbuhan
di kota Yogya digerakkan oleh bermacam–macam jenis perdagangan (terutama sektor
retail), pariwisata dan pendidikan. Dengan pertumbuhan yang pesat
tersebut, dapat dilihat bahwa sekarang
hampir tidak ada ruang kosong di kota ini. Kemampuan lahan di kota ini pun
semakin menurun. Salah satu contoh kongkritnya adalah di daerah antara sungai
Winongo dan Code, dimana luas areanya hanya 39% dari luas wilayah, namun
dimukimi lebih dari 45 % penduduk kota.
Dengan
tingginya perkembangan dan pertumbuhan kota Yogya, sektor transportasi
perkotaan mempunyai peranan yang penting, karena sektor tersebut sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi aktivitas sosial-ekonomi penduduk kota.
Diantara berbagai macam aspek transportasi, daya dukung jalan merupakan salah
satu aspek yang cukup berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi
transportasi.
Pertumbuhan
kota Yogya yang pesat tentunya berimplikasi ke sektor transportasi di kota
tersebut. Jumlah kendaraan yang melewati jalan–jalan dikota Yogya, terutama
kendaraan bermotor, meningkat cepat, sehingga kemampuan dan daya dukung jalan
untuk menampung mobilitas penduduk,
barang dan jasa sangat penting.
1.2.Rumusan Masalah
· Bagaimana
kemacetan Kota Yogyakarta dapat berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat?
· Bagaimana
cara mengatasi kemacetan di Kota Yogyakarta?
1.3.Tujuan
· Mengetahui
permasalahan kemacetan di Kota Yogyakarta dan dampaknya terhadap kegiatan
ekonomi masyarakat.
· Mengetahui
cara mengatasi kemacetan di Kota Yogyakarta.
BAB II
PEMBAHASAN
Kota
Yogyakarta mempunyai luas area sekitar 32,5 km2 dengan jumlah
penduduk 500.000 jiwa. Kepadatan penduduknya sekitar 14.000 jiwa/km2
yang meningkat hampir empat kali lipat di siang hari. Masyarakat Kota
Yogyakarta umumnya bekerja di sektor jasa dan perdagangan. Sektor pertanian
tidak terdapat di Kota Yogyakarta. Sektor pertanian banyak terdapat di
kabupaten lain di luar Kota Yogyakarta. Seperti di Kulonprogo, Sleman, Bantul,
serta Gunung Kidul. Namun di daerah Gunung Kidul agak sulit untuk mengembangkan
sektor pertanian karena di sana tanahnya tandus.
Dengan
keadaan demikian Kota Yogyakarta hampir mendekati kota konsentris yang
diungkapakan oleh Burges. Namun tidak sepenuhnya teori Burges benar - benar ada
di Kota Yogyakarta. Sebagai buktinya daerah pusat Kota Yogyakarta penuh sesak
dengan perkantoran-perkantoran baik swasta maupun pemerintaan. Serta toko-toko
yang banyak tersebar di pusat kota.
Sebagai
Ibukota Provinsi DIY, Kota Yogyakarta merupakan kota yang sangat padat dan
penuh dengan aktifitas baik pemerintahan DIY maupun aktivitas masyarakat Kota
Yogyakarta yang beragam. Selain itu kota Yogyakarta merupakan salah satu tempat
tujuan pariwisata baik dari dalam negri maupun macanegara. Tak pelak ini
menambah kepadatan kota Yogyakarta yang semakin ramai.
Kota
Yogyakarta sekarang mungkin sangat berbeda dengan kota Yogyakarta 30 tahun yang
lalu. Saat ini kota Yogyakarta sangat padat dan penuh sesak dengan segala
kegiatan penduduknya yang semakin bertambah banyak. Pertumbuhan penduduk
Yogyakarta sepertinya semakin banyak namun infrastruktur tidak dapat mengikuti
pertumbuhan penduduk.
Selain
sebagai tujuan pariwisata, kota Yogyakarta merupakan salah satu kota pendidikan
di Indonesia. Tak pelak jika saat ini banyak perguruan tinggi-perguruan tinggi
baru yang banyak muncul di Yogyakarta. Seiring dengan banyaknya kemunculan
perguruan tinggi- perguruan tinggi tersebut maka akan semakin banyak calon
mahasiswa yang akan datang ke kota Yogyakarta yang senakin menambah sesak kota
Yogyakarta. Kedatangan para mahasiswa dari berbagai daerah biasanya juga
menyertakan kendaraan pribadinya dari kota asalnya. Tak pelak keadaan ini
semakin menambah padat kendaraan yang ada di jalan-jalan kota Yogyakarta.
Kota
Yogyakarta mempunyai 467 jalan, dengan panjang total 441 km (DISHUB DIY, 2005).
Jumlah total kendaraan bermotor di DIY sekitar 749.273 unit dan hampir semuanya
bergerak ke kota Yogya pada siang hari. Di satu sisi jumlah kendaraan bermotor
di Kota Yogyakarta akan terus meningkat, sementara di sisi lain jumlah jalan
relatif konstan. Maka bisa dipastikan bahwa lambat laun daya dukung jalan akan
tidak mencukupi untuk mendukung dan menampung mobilitas kendaraan di Kota Yogyakarta.
Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya
kemacetan lalu lintas yang terjadi hampir setiap pagi, siang, sore, dan
malam di beberapa ruas jalan besar di Kota Yogyakarta, seperti terlihat di
perempatan MM UGM, perempatan Mirota Kampus, perempatan Tugu, perempatan Jalan
Magelang, depan Saphir square, bahkan di perempatan Condong Catur Ring Road
Utara.
Jalan
yang ada tidak dapat menampung jumlah kendaraan yang menuju kota pada saat yang
bersamaan. Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor di Kota
Yogyakarta (mencapai 8000 per bulan), bisa dipastikan permasalahan transportasi
perkotaan ini (kemacetan dan lain–lain) akan menjadi semakin parah dan sukar
diperbaiki. Kondisi jalan yang sudah tidak mendukung lalu lintas transportasi
semakin diperparah dengan penggunaan badan jalan sebagai lahan parkir daerah
perdagangan dan pedagang kaki lima (sebagaimana tampak di beberapa ruas jalan).
Ketidakmampuan
daya dukung jalan yang ada terhadap mobilitas kendaraan bermotor, yang bermuara
pada masalah seperti kemacetan tentunya banyak membawa dampak negatif. Dampak
negatif tersebut antara lain polusi udara yang mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah pemborosan energi, waktu,
dan biaya dari pengguna jalan karena terjebak kemacetan. Selain itu, aktivitas
ekonomi masyarakat juga menjadi terganggu, tidak efektif dan efisien. Dampak
lain berupa semakin menurunnya kualitas dan kuantitas jalan karena dipaksa
menampung beban yang tidak dicukupi oleh kapabilitasnya.
Selain
itu kesadaran akan taat lalulintas bagi sebagian warga Yogyakarta saat ini
semakin pudar. Ini dibuktikan dengan banyaknya pengendara yang menerobos lampu
merah serta melanggar rambu-rambu lalulintas. Dengan keadaan demikian pastilah
akan terjadi kemacetan di jalan-jalan utama di kota Yogyakarta. Kemacetan
merupakan masalah yang muncul dengan kepadatan kendaraan serta kurangnya
kesadaran beralulintas. Masalah kemacetan akan berdampak bagi berbagai sektor
penting yang ada di kota Yogyakarta, salah satunya sektor ekonomi. Kegiatan
ekonomi yang ada di kota Yogyakarta akan terhambat dengan kemacetan yang muncul
di jalan-jalan kota Yogyakarta.
Kegiatan
ekonomi dari masyarakat Kota Yogyakarta akan terganggu. Kegiatan produksi,
distribusi, serta konsumsi masyarakat akan sangat terganggu dengan terhambatnya
lalulintas di Kota Yogyakarta. Berlangsungnya kegiatan ekonomi warga Yogyakarta
tidak terlepas dari peranan lalulintas kota Yogyakarta sendiri. Para karyawan,
pedagang, pembeli, produsen dan konsumen semua memanfaatkan transportasi jalan
untuk mendukung kegiatan ekonominya. Jika lalulintas jalan di kota Yogyakarta
macet, maka bias jadi kegiatan ekonominya juga terhambat.
Tingginya tingkat kemacetan
memiliki dampak negatif bagi masyarakat, khususnya para pengguna jalan yang
terjebak kemacetan. Selain dari segi waktu seperti banyaknya waktu yang
terbuang di jalan, dari segi ekonomi dapat kita rasakan dampaknya dengan
banyaknya energi bahan bakar yang terbuang percuma, tingkat kehausan kendaraan
lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator
tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi, dan
meningkatnya polusi udara akibat dari asap kendaraan bermotor, hal ini dapat
berakibat bagi kesehatan masyarakat sendiri dan bagi kendaraan mereka dapat
membuat mesin kendaraan cepat rusak.
Selain
dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat, dampak bagi perekonomian secara
global juga dapat dirasakan, dengan semakin cepat rusaknya infrastuktur jalan
akibat dari banyaknya volume kendaraan yang melintasi ruas jalan tersebut. Bila
terus dibiarkan dikhawatirkan pada beberapa tahu ke depan kendaraan roda dua
dan empat tidak dapat lagi melewati ruas-ruas jalan yang ada di kota-kota
besar, sedangkan masalah transprtasi merupakan masalah yang sangat penting
dalam mendukung kegiatan/mobilitas masyarakat.
Oleh
karena itu, perlu adanya solusi agar kota Yogyakarta terbebas dari kemacetan.
Berbagai solusi yang yang seharusnya dilakukan antara lain :
1. Pelebaran
dan Penghalusan jalan
Pelebaran
dan penghalusan jalan juga mempunyai sedikit kontribusi pada permasalahan
transportasi yang dihadapi Yogyakarta, dimana jalan yang sempit akan menghambat
laju transportasi sehingga mempunyai kemungkinan menyebabkan kemacetan, begitu
pula dengan kualitas jalan (kualitas pengaspalan jalan), misalnya jalan yang
banyak berlubang juga akan menghambat laju perjalanan kendaraan yang berakibat
pada efektifitas perjalanan, selain itu juga mempunyai resiko mengakibatkan
kecelakaan. Dengan dilakukan pelebaran dan penghalusan jalan, maka jalan akan
dapat menampung jumlah kendaraan yang lebih banyak dan lebih lancar, sehingga
beban jalan dan permasalahan kemacetan dapat dikurangi.
2. Kajian
Rute Alternatif
Berkurangnya
daya dukung jalan untuk mendukung arus transportasi yang menyebabkan terjadinya
masalah transportasi seperti kemacetan disinyalir disebabkan antara lain
masuknya kendaraan dalam jumlah besar pada waktu yang sama ke jalan – jalan
utama di yogyakarta. Oleh karena itu, untuk mengurangi beban yang ditanggung
oleh jalan – jalan utama, dan untuk
mengurangi kemacetan yang ditimbulkan, dapat dilakukan upaya pembukaan jalur
alternatif yang sebenarnya potensial dan selama ini mungkin kurang diminati
penggunaannya kemungkinan karena belum tersosialisasi dengan baik atau
kondisinya rusak (tidak rata dan berlubang) sehingga harus diperbaiki dan
disosialisasikan dengan lebih baik supaya dapat menarik pengguna jalan sehingga
penggunaan jalan dapat terdistribusi merata dan beban jalan utama dapat lebih
berkurang.
3. Penataan
transportasi publik agar penggunaan kendaraan pribadi berkurang
Sarana
transportasi publik di Yogyakarta sudah lama terkenal tidak efektif, tidak
nyaman, tidak efisien dari segi waktu perjalanan dan lebih mahal daripada
menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu trayek yang ada dipandang tidak
optimal karena terdapat banyak overlapping trayek yang juga bermuara pada
kemacetan jalan. Oleh karena itu penataan kembali transportasi publik di kota
Yogyakarta sangat perlu dilakukan agar masyarakat dapat kembali tertarik untuk
menggunakan transportasi publik, sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat
berkurang. Penataan ini dapat berupa perampingan dan pengaturan kembali trayek
agar lebih optimal,peremajaan armada bus ( sekaligus mengurangi polusi udara
yang diakibatkan asap buangan kendaraan lama yang terkenal kurang perawatannya
dan pada umumnya sudah berumur lama ), dan atau penambahan jam operasional
hingga malam hari (sehingga dapat menampung mobilitas penumpang pada malam hari
dan dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di malam hari).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kemacetan
adalah salah satu dari sekian banyak permasalahan kota – kota besar di
Indonesia. Yogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga mengalami
hal yang serupa. Bertambahnya kepadatan penduduk Kota Yogyakarta akan berdampak
pada lalu lintasnya. Lalu lintas Yogyakarta akan semakin padat, banyak
kendaraan pribadi melintas di jalanan kota Yogyakarta. Dengan padatnya lalu
lintas di Yogyakarta bisa jadi akan menyebabkan kemacetan. Kemacetan yang
berkepanjangan akan merugikan kegiatan ekonomi masyarakat kota Yogyakarta.
3.2.
Saran
Penambahan
jumlah transportasi umum bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi
kemaceta di Kota Yogyakarta. Memperbaiki pelayanan serta fasilitas transportasi
umum juga menjadi hal yang dapat dilakukan agar kemacetan di Kota Yogyakarta
tidak semakin meningkat. Apabila jumlah transportasi umum di Kota Yogyakarta
banyak dan fasilitasnya lengkap, maka masyarakat tentu akan merasa nyaman
menggunakan transportasi umum.
DAFTAR PUSTAKA
Supardan,
Dadang. 2007. Pengantar Ilmu Sosial;
Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Karim,
Abdul Gaffar. 2003. Kompleksitas
Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarata: Pustaka Pelajar.
PERMASALAHAN KEMACETAN DI KOTA YOGYAKARTA
Reviewed by Penjualhewan.com
on
00:21
Rating:

No comments: